Pengalaman Diklat Prajabatan PT PLN (Persero) - Pembidangan

September 21, 2020

Sebelum memasuki pembidangan, setelah Samapta selama 10 hari, kami para siswa Prajabatan mengikuti Pengenalan Perusahaan selama 4 hari di salah satu hotel di Bogor. Pengenalan perusahaan buat gue ya... tentang tugas resume, mendengarkan materi, ngantuk, tidur ke kamar di hotel. Karena materi tersebut diadakan di aula hotel, jadi kita bebas untuk kembali ke kamar kapan saja.

Materi pengenalan perusahaan ini adalah seputar pengenalan organisasi, talenta, mengenai benefit yang akan di dapatkan jika sudah menjadi pegawai tetap, mengenai kecelakaan kerja, dan lain-lain. Banyak juga yang bertanya kepada pemateri, karena katanya dapat menambah nilai kita untuk pengenalan perusahaan. Nyatanya sih engga. Pada saat itu, gue pengen banget masuk audit, karena memang gue udah punya pengalaman menjadi auditor internal di perusahaan sebelumnya.

Pada hari terakhir pengenalan perusahaan, diumumkanlah kita masuk pembidangan dimana. Nah, pada saat itu gue biasa aja, karena gue mikirnya "Ah, ini kan cuma buat sementara yaudah lah ya gapapa, nanti kan bisa diubah lagi mungkin pas penempatan pegawai". Ternyata gue SALAH. Pembidangan ini berjalan selama dua bulan dan setelah pembidangan langsung OJT, hingga di penempatan OJT pun menjadi penempatan sesungguhnya kita. Akhirnya gue seneng banget pas diumumin ternyata nama gue masuk di pembidangan SPI YEAY!!! Gue masuk audit lagi. Seneng banget karena mungkin aja nanti pelajaran auditnya ga jauh berbeda yakan? Nah, pembidangan untuk SPI dilaksanakan di Udiklat Bogor.

Waktu itu adalah hari kamis tanggal 6 April 2017 kami semua berangkat menuju Udiklat, Hotel, dan lain-lain. Ada beberapa tempat pembidangan dikarenakan jumlah kami siswa prajabatan angkatan 58 terlalu banyak, sehingga pembidangan dibagi tempat per-bidang. Di Udiklat Bogor ada SPI, Niaga, dan D3. Sedangkan yang lainnya seperti keuangan, hukum, akuntansi, SDM, logistik berada di hotel. Sekitar pukul 11 malam sampai di Udiklat dan mencari nama masing-masing pada pintu mess. Gue kebagian di Mess Wahidin kamar nomer 4. Pas kamar dibuka "Anjay, bagus ya kamar di udiklat, kaya hotel" batin gue. Ada 3 kasur dan ada 3 pintu lemari. Itu berarti satu kamar ini akan dihuni oleh 3 orang, dan masing-masing mendapat satu pintu lemari dan juga meja belajar. Kamar mandi ada water heater. Mess Wahidin ternyata juga ga jauh-jauh ke RuKan (Ruang Makan). Ga lama setelah masuk kamar, dua temen sekamar gue yang lain langsung dateng. Gue tau yang satu adalah Helen, temen sebelah kasur pas Samapta (batak ini bah), satu lagi adalah Yana (urang awak juo) yang ternyata waktu Samapta juga udah pernah kenalan. Kita bertiga awalnya malu-malu (untung ga malu-maluin), tapi lama kelamaan malah sering ngobrol, si Yana suka cerewet meski kecil-kecil begitu (HAHA) maap Yanaaaah, aimissyu.


Tapi disamping itu,enaknya yang lain yaitu :
  1. Makan tinggal makan, tidur tinggal tidur.
  2. Banyak temen-temen yang seperjuangan.
  3. Dapet kelas SPI (I LOVE SPI B) yang temennya baik-baik dan rame, ramenya ga ngeselin wkwk.
  4. Jalan-jalan bareng satu angkatan ke Ancol.
  5. Pengajarnya baik-baik juga sumpah. Kadang kalau udah ngeliat kita ada yang ngantuk atau ketiduran paling cuma diketawain atau disuruh nyuci muka. Setidaknya kadang juga ada pengajar yang cuekin karena mereka udah mengerti dengan kondisi anak per-mess-an (bahasa apa ini?)
Nah, yang di atas gue ceritain itu adalah enak-enaknya. Ga enaknya apa, Ca? BANYAK.
  1. Hidup diatur. Bukannya gue anaknya bandel atau ga mau ikut aturan ya, tapi aturan di Udiklat ini bikin kesel, dan lebay. Setiap pagi bangun pukul 4 (ini terserah sebenernya mau bangun jam berapa) tapi... pukul setengah 5 pagi udah harus jalan ke mesjid. Di mesjid shalat subuh berjamaah (bagi yang muslim), dan yang non muslim juga harus ikut ibadah, disediakan pula tempat ibadah bagi non muslim. Letak lebaynya itu dimana? LEBAY lah. Karena pagi-pagi itu harus jalan ke mesjid, jalannya nanjak terus dan sumpah bikin ngos-ngosan, jaraknya kira-kira 1 km dari mess wahidin. Bukan cuma subuh aja, setiap isya dan mau ke ruang makan serta ke kelas juga harus nanjak bolak balik, karena kalau biasanya hari-hari dihabisin dikelas, mau ga mau makan siang harus turun ke bawah (rukan) kemudian naik lagi ke kelas ditengah teriknya matahari siang. Jika ditotalin, sehari itu kita jalan sejauh kurang lebih 8 km. Nah, untuk masalah shalat, menurut gue itu bukanlah sesuatu hal yang harus dipaksa. Karena ibadah itu hanya tergantung kepada pribadi masing-masing, kalau ga mau ke mesjid toh kita bisa shalat sendiri kan di mess? Emang sih pahalanya lebih banyak kalau ke mesjid terus shalat berjemaah, tapi balik lagi itu tergantung pribadi masing-masing kan? Selain itu, untuk shalat juga dibikin absen. LEBAY GA TUH? HAHA, gue cuma bisa ketawa aja pas tau shalat itu juga harus di absen. Masih banyak lagi aturan-aturan yang bikin gue benci sama kehidupan mess, kehidupan pembidangan. Menurut gue, semuanya terlalu dipaksakan. Padahal kalau pun ga di paksa juga bakal sama aja, yang shalat ya shalat, yang engga ya tetep bodo amat.
  2. Ga bisa megang handphone selama seminggu, baru dikasih lagi pas weekend. Ini rasanya gatau lagi mau ngapain kalau gabut di mess. Paling kita main uno, ngobrol, denger musik, baca buku, dan lain-lain.
  3. Waktu pembidangan juga bertepatan dengan bulan Ramadhan. Ini memang ujian banget, kita harus jalan kaki jauh. Tapi untungnya karena puasa, kita ga perlu turun ke ruang makan.
  4. Pernah dihukum lari sekitar 6 km naik turun jalan Udiklat + push up 50x, dan ini malem-malem karena kita ga pernah lagi makan bersama di ruang makan, makannya sendiri-sendiri, selain itu karena banyak juga yang ga ikut naik ke mesjid pas shalat.
  5. Karena bangun pagi-pagi setiap harinya, otomatis dikelas juga selalu ngantuk. Sehingga pelajaran tidak terserap dengan baik.

Ini foto-foto kita SPI B :
 Helena T. Rani Marpaung

 Nurasri Lestari

Minda Nopita Ginting

 Muhammad Tantaga Yudha

 Melinda Nur Ardiani

 Missi Paramita Silalahi

 M. Haris Permana

 Muhammad Sam Putra Wijaya

Innes Gustina Gracia S

 Made Putri Gita Pertiwi

 Kevin Fauzi Ilhami

 Hanisa Triani 

 M. Nasrullah

 Mika Adelina Br Sembiring

 Fauziah Dianningsih

Evelyne Gita Alodya

Mega Wardani Ayunda Dewanti

 Febi Saputra

 Evander Reland Butar Butar

 Muhammad Gibral Alhaq

 Esa Restu Kusuma 

Jalu Teja Kusuma

 Haniefah Restyanti 

 Jeka Vilcanius

 I Gusti Ngurah Bagus Wirayuda

Mehi Zullqaida Harisandi
 Heri Budi Leksono

 Faisal Umar

 Fi'la Nabilah Sani'

 Irsya Bakhtiar

WE ARE SPI B!!!

Sebenernya masih banyak foto-foto lainnya, tapi biarlah disimpan untuk jadi kenangan aja. Haha. Dan sekarang kita udah terpisah jarak, tersebar diseluruh penjuru negeri Indonesia. Karena PLN, kita semua jadi SATU.

SUKSES SPI KU! :)

You Might Also Like

0 comments