Hai hai! Udah lama banget ya kayaknya ga nulis di blog ini. Hari ini udah mengumpulkan niat untuk bercerita lagi disini. Let's get started! Ini masih tahun 2020. Ya, udah 9 bulan berlalu di tahun ini tapi kebanyakan manusia di dunia mungkin menghabiskan waktunya dirumah. Kebanyakan ya. Bukan semua. Kenapa? Karena tahun ini banyak cobaan. Mulai dari awal tahun banjir di Jakarta, terus berlanjut dengan Virus Corona yang sudah menyebar ke seluruh dunia hingga sekarang. Di Indonesia baru terdeteksi itu bulan Maret lalu. Semenjak itu, kebanyakan perusahaan memerintahkan karyawannya untuk bekerja dari rumah. Termasuk kantor gue sendiri. Nah, kelamaan di rumah bikin gue jadi bosen, bingung mau ngapain kalau kerjaan udah selesai. Seringnya tiduran di kasur terus liat-liat instagram, twitter, youtube. Muter-muter disitu aja udah. Kadang Mobile Legend, kadang Netflix. Jadi kebanyakan kegiatan rebahan. 

Lama kelamaan gue ngerasa kok lemes banget dan males-malesan kayak gitu ternyata bikin metabolisme tubuh semakin melambat (ini gue ketahui setelah baca buku "Ikigai" bagus banget bukunya). Selain itu siklus menstruasi juga keganggu dan ga lancar. Beranjak dari situ, gue berniat pengen berubah tapi perlahan-lahan aja. 

Jadilah gue olahraga mulai dari 2 kali seminggu dulu, kadang running di akhir minggu. Makannya mulai coba catering makanan sehat karena males masak. Untuk sarapan gue dulu suka makan buah dan roti gandum pake peanut butter. Kadang makan oats. Tapi setelah baca-baca banyak, gue milih realfood aja. Tapi ga semuanya juga ganti realfood. Setelah itu, perlahan-lahan nambah latihan jadi 3 kali seminggu. Dan... Kebetulan banget @petitedivaa di instagramnya membuat challenge #30daysstrongertogether dimana dia upload video latihan di youtube yang bisa diikuti kapan saja dan sekaligus tiap hari doi ikut live latihan gitu di instagram sama kita. Jadi seru banget kan berasa ada coach nya gitu loh. Akhirnya semenjak challenge itu workout gue di kosan jadi teratur dan tiap hari kecuali hari minggu. Kadang kalau minggu gue tambahin sama latihan booty. Yang berarti tiap hari gue latihan.

Sebenernya challenge nya Kak Diva tuh yang bikin semangat gue tetap konsisten sampe sekarang untuk workout di rumah. Terus setelah jalanin ini selama kurang lebih 2 setengah bulan, apa aja sih manfaatnya? Wah, banyak banget sih :

Materi pengenalan perusahaan ini adalah seputar pengenalan organisasi, talenta, mengenai benefit yang akan di dapatkan jika sudah menjadi pegawai tetap, mengenai kecelakaan kerja, dan lain-lain. Banyak juga yang bertanya kepada pemateri, karena katanya dapat menambah nilai kita untuk pengenalan perusahaan. Nyatanya sih engga. Pada saat itu, gue pengen banget masuk audit, karena memang gue udah punya pengalaman menjadi auditor internal di perusahaan sebelumnya.

Pada hari terakhir pengenalan perusahaan, diumumkanlah kita masuk pembidangan dimana. Nah, pada saat itu gue biasa aja, karena gue mikirnya "Ah, ini kan cuma buat sementara yaudah lah ya gapapa, nanti kan bisa diubah lagi mungkin pas penempatan pegawai". Ternyata gue SALAH. Pembidangan ini berjalan selama dua bulan dan setelah pembidangan langsung OJT, hingga di penempatan OJT pun menjadi penempatan sesungguhnya kita. Akhirnya gue seneng banget pas diumumin ternyata nama gue masuk di pembidangan SPI YEAY!!! Gue masuk audit lagi. Seneng banget karena mungkin aja nanti pelajaran auditnya ga jauh berbeda yakan? Nah, pembidangan untuk SPI dilaksanakan di Udiklat Bogor.

Waktu itu adalah hari kamis tanggal 6 April 2017 kami semua berangkat menuju Udiklat, Hotel, dan lain-lain. Ada beberapa tempat pembidangan dikarenakan jumlah kami siswa prajabatan angkatan 58 terlalu banyak, sehingga pembidangan dibagi tempat per-bidang. Di Udiklat Bogor ada SPI, Niaga, dan D3. Sedangkan yang lainnya seperti keuangan, hukum, akuntansi, SDM, logistik berada di hotel. Sekitar pukul 11 malam sampai di Udiklat dan mencari nama masing-masing pada pintu mess. Gue kebagian di Mess Wahidin kamar nomer 4. Pas kamar dibuka "Anjay, bagus ya kamar di udiklat, kaya hotel" batin gue. Ada 3 kasur dan ada 3 pintu lemari. Itu berarti satu kamar ini akan dihuni oleh 3 orang, dan masing-masing mendapat satu pintu lemari dan juga meja belajar. Kamar mandi ada water heater. Mess Wahidin ternyata juga ga jauh-jauh ke RuKan (Ruang Makan). Ga lama setelah masuk kamar, dua temen sekamar gue yang lain langsung dateng. Gue tau yang satu adalah Helen, temen sebelah kasur pas Samapta (batak ini bah), satu lagi adalah Yana (urang awak juo) yang ternyata waktu Samapta juga udah pernah kenalan. Kita bertiga awalnya malu-malu (untung ga malu-maluin), tapi lama kelamaan malah sering ngobrol, si Yana suka cerewet meski kecil-kecil begitu (HAHA) maap Yanaaaah, aimissyu.


Tapi disamping itu,enaknya yang lain yaitu :

1. Makan tinggal makan, tidur tinggal tidur.
2. Banyak temen-temen yang seperjuangan.
3. Dapet kelas SPI (I LOVE SPI B) yang temennya baik-baik dan rame, ramenya ga ngeselin wkwk.
4. Jalan-jalan bareng satu angkatan ke Ancol.
5. Pengajarnya baik-baik juga sumpah. Kadang kalau udah ngeliat kita ada yang ngantuk atau ketiduran paling cuma diketawain atau disuruh nyuci muka. Setidaknya kadang juga ada pengajar yang cuekin karena mereka udah mengerti dengan kondisi anak per-mess-an (bahasa apa ini?)

Nah, yang di atas gue ceritain itu adalah enak-enaknya. Ga enaknya apa, Ca? BANYAK.

Ini foto-foto kita SPI B :

 Helena T. Rani Marpaung

 Nurasri Lestari

Minda Nopita Ginting

 Muhammad Tantaga Yudha

 Melinda Nur Ardiani

 Missi Paramita Silalahi

 M. Haris Permana

 Muhammad Sam Putra Wijaya

Innes Gustina Gracia S

 Made Putri Gita Pertiwi

 Kevin Fauzi Ilhami

 Hanisa Triani 

 M. Nasrullah

 Mika Adelina Br Sembiring

 Fauziah Dianningsih

Evelyne Gita Alodya

Mega Wardani Ayunda Dewanti

 Febi Saputra

 Evander Reland Butar Butar

 Muhammad Gibral Alhaq

 Esa Restu Kusuma 

Jalu Teja Kusuma

 Haniefah Restyanti 

 Jeka Vilcanius

 I Gusti Ngurah Bagus Wirayuda

Mehi Zullqaida Harisandi

 Heri Budi Leksono

 Faisal Umar

 Fi'la Nabilah Sani'

 Irsya Bakhtiar

WE ARE SPI B!!!

Entah kenapa dari kemarin-kemarin rasanya pengen banget share pengalaman gue sendiri yang dilema berat waktu SMA, ingin memilih perguruan tinggi, jurusan, cara masuknya, dan lain-lain. Nah, gue cerita dulu ya sedikit tentang dunia per-SMA-an (apasih ca).

Awal masuk SMA gue daftar di SMAN 1 Sijunjung. Kala itu banyak dari anak-anak di Kabupaten ini yang mendaftar kesana karena bisa dikatakan SMA tersebut paling unggul. Akhirnya gue diterima di SMAN 1 Sijunjung dan mendapat kelas unggul. Bangga dong gue! Tapi seiring berjalannya waktu, gue merasa kok kelas unggul tapi kayak biasa aja. Biasa gimana? Nah, baca baik-baik ya...

Tibalah saatnya bagi gue dan teman-teman kelas 3 untuk mengikuti seleksi siswa yang berhak mendaftar jalur masuk Perguruan Tinggi melalui PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) atau biasa disebut jalur undangan. Saat itu, terdapat sistem yang menurut gue aneh dan sedikit kurang adil. Sistemnya begini, untuk sekolah dengan akreditasi A, jenis kelas Akselerasi, peringkat siswa dalam kelas 100 persen (semua siswa), akreditasi A, RSBI/Unggulan, 75 persen terbaik, A regular 50 persen terbaik, B 25 persen terbaik, dan C 10 persen terbaik. Jadi tidak semua siswa mendapatkan kesempatan. Hanya berapa persen saja. Nah, karena gue ada di kelas RSBI/unggulan, yang diambil hanya 75% dan itu sudah dirata-ratakan nilainya dari kelas 1-kelas 3 (kayaknya ya). Sayangnya, mungkin gue termasuk orang-orang di 25%, yap orang-orang yang kurang beruntung. Oke, gue akui, waktu SMA gue sering dapet peringkat belasan dikelas. Tapi, ga adilnya adalah, nilai gue yang peringkat belasan dikelas masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan juara 1 kelas lain yang reguler. Rasanya kurang adil kan kalau kalian ada di posisi gue? Sedangkan waktu SMA gue udah belajar mati-matian. Belajar bangun sebelum subuh, malam tidur udah larut. But, why? Kenapa gue dapet rangking belasan? Cukup Tuhan, Orang Tua, dan gue yang tau. Yang jelas, menurut gue, kemampuan gue bisa lebih dari pada itu (ini bukan sok-sok-an, tapi lebih kepada optimis).

Semuanya gue ceritain ke nyokap dan bokap (sambil nangis). Bokap yang juga seorang guru cuma bisa bilang "Biarin aja Ca. Ica belajar aja yang penting, ambil hikmah nya, sabar... Semoga suatu saat Allah membalasnya dengan yang lebih baik". Setelah itu, gue selalu inget-inget kata bokap kalau gue udah mulai down. Tapi nyatanya, gue ga se-down itu. Lama-kelamaan gue memang ikhlas dan akhirnya mencoba untuk ikut bimbel di Kota Padang setelah lulus SMA. Bimbel ini khusus bagi para siswa yang baru lulus dan ingin melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Belajarnya intensif sebulan. Gue masih inget bentuk buku bimbel yang tebel kayak bantal dan tiap hari gue bahas soal-soalnya bareng temen-temen. Ga mudah perjuangannya.

Tahun 2011 itu, gue coba untuk ikut SNMPTN Tertulis (kalau sekarang namanya SBMPTN). Waktu itu, untuk ujian tertulis IPA dan IPS hanya bisa memilih jurusan maksimal 2. Sedangkan IPC (IPA dan IPS) boleh mengambil 3 jurusan. Tapi tentu saja biaya pendaftaran IPC sedikit lebih mahal dibandingkan IPA atau IPS saja. Karena ga mau rugi, gue ambil IPC. Jadi gue pun bimbel juga IPC. Gue belajar lebih keras karena soal ujiannya nanti ada IPA dan juga IPS. Gue harus bisa dua-duanya. Nah, jurusannya dulu gue pilih apa sih dan di universitas mana? Sama sekali gue ga pernah kepikiran buat masuk Universitas Andalas gaes, ga pernah sama sekali. Karena gue mikir, jurusan apa ya yang bagus di UNAND? Gue juga ga akan kuat lah ngambil jurusan yang berhubungan dengan kesehatan (ga kuat di kemampuan sama finansial orang tua), mau ambil teknik kayaknya bukan gue banget, akhirnya gue disaranin orang tua buat masuk UNP aja. Biar gue jadi guru kayak bokap. Dulu bokap bilang "Guru itu sekarang udah enak, udah ada sertifikasi", nyokap juga dukung pernyataan itu. Ya... udah, dari pada gue bingung milih jurusan dan gue juga ga tau kemampuan sendiri, akhirnya gue ikutin saran orang tua. Pilihan 1 gue waktu itu Pendidikan Matematika, pilihan 2 Pendidikan TI, dan pilihan 3 Pendidikan Bahasa Inggris. And, you know what? Gue GA LULUS satupun! Sama sekali ga lulus di UNP!

Udah kan sampai disitu. Down lagi dong gue? Iya. Ini down-nya lumayan. Karena ada kekhawatiran juga kalau gue ga lulus dimanapun, gue ga bakal kuliah dong? Gue bakal nganggur setahun dan ikut ujian lagi tahun 2012? Rasanya gue ga sanggup untuk menunggu selama itu, sedangkan temen-temen gue udah ditahun kedua kuliah? Ngga mungkin sanggup! Kayak nambahin beban orang tua juga. Sampai akhirnya gue tahu ada pengumuman pendaftaran Ujian Mandiri UNAND dan UNP. Mulai timbul secercah harapan buat gue. Dulu itu, mandiri UNAND ditesnya pakai ujian tertulis, sedangkan UNP hanya melalui nilai akademik. Gue ga mungkin lulus lah ya kalau masuk mandiri UNP. Karena memang nilai akademik gue rendah. Tapi yang namanya ga boleh nyerah itu ya... coba aja dulu! Gue daftar masuk UNP dan memilih 5 jurusan (5 apa 3 ya? Kalau ga salah sih 5 deh), itupun juga pake acara masukin nilai akademik segala kan. Nah, pas mau daftar masuk UNAND, gue dilema...

"Pa, Ica ngambil jurusan apa ya pa di UNAND?" Gue nanyain bokap.

"Hmm... Ica ngambil IPC lagi?"

"Kayaknya Ica ambil IPS aja deh pa"

"Loh? Kenapa?"

"Iya, ga sanggup kalau dua-dua gitu. Belajarnya jadi ga fokus pa"

"Oh iya ya. Kalau di IPS, ambil apa ya?" Bokap seraya berpikir.

"Iya pa, ambil apa ya pa?" Gue ikutan mikir.

"Oh iya, ambil jurusan Akuntansi aja Ca. Akuntansi UNAND bagus itu. Banyak alumni-alumni nya yang dapet kerja di perusahaan besar, atau biasanya di bank." Bokap ngasih gue saran beigini.

"Gitu ya pa? Tapi nanti kalau misalnya Ica lulus, belajarnya gimana pa? Kan Ica ga punya basic Akuntansi"

"Namanya juga kuliah, nanti pasti mulainya dari 0 kok. Banyak juga anak temen papa yang jurusan IPA di SMA terus ambil kuliahnya Akuntansi"

"Oh gitu ya pa. Iya deh, Ica coba aja ambil Akuntansi ya pa" Sambil klik pilihan dilayar laptop. "Terus satu lagi apa pa? Pilihannya 2 soalnya"

"Apa ya? Manajemen aja kali ya? Soalnya manajemen UNAND ga jauh beda sama Akuntansi. Sama-sama bagus"

Akhirnya gue ambil pilihan 1 Akuntansi dan pilihan 2 Manajemen. Wish me luck aja deh waktu itu. Soalnya waktu gue belajar juga ga banyak. Gue jadi lebih bisa fokus pelajarin geografi, sejarah, ekonomi, bahasa inggris. Tapi yang paling banyak gue pelajari adalah bahasa inggris karena suka aja gitu belajar bahasa.

Di hari H ujian mandiri UNAND, gue minta anterin sama abang sepupu. Karena gue nginap di rumah tante yang bisa dibilang jauh dari kampus UNAND. Abang sepupu gue waktu itu jemput kerumah tante mepet-mepet waktu. Gue jadi degdegan kan nanti kalau telat gimana. Pas sampe di Pasar Baru udah lumayan deket kampus, ada kemacetan yang tak terduga. Gegara ramenya anak-anak UNAND yang mau KKN. Jadi terpaksa nunggu beberapa menit sampai akhirnya bisa lewat. Sampai di kampus UNAND, gue kebingungan karena hari sebelumnya gue udah survey lokasi ujian sih, tapi lupa! Ya ampun sampe muter-muter gedungnya. Makin telat dong gue? Akhirnya lari-larian nyari kelas, sesek napas, keringetan campur aduk. Di kelas, ternyata orang-orang udah pada ngisi kertas ujian, kayak ngisi data awal.

Kebetulan nama gue panjang kan coy! Nah macem ujian UN, ngisi lembar jawaban komputer. Dulu itu udah canggih banget asli. Jadi waktu gue untuk ujian udah lumayan berkurang karena telat. Gue langsung nyari tempat duduk dengan nafas masih tersengal-sengal. Gue nyoba jawab soal-soal yang gue tau jawabannya. Gue lupa waktu itu sistem minus apa engga, kayaknya sih iya. Kebanyakan gue jawab soal bahasa inggris, sejarah, geografi dan ekonomi. Matematika dikit. Pada saat ujian berlangsung kebetulan gue sakit kepala karena gerimis waktu itu. Gue cuma berharap sekaligus pasrah, kalau pun ga lulus gue gapapa karena gue udah berusaha sebisa mungkin. Kalau lulus ya Alhamdulillah kan. Terus ada istirahat juga untuk makan siang, ujian dijeda. Abis istirahat lanjut ujian lagi. Gue sendirian waktu itu belum kenal siapa-siapa dan ga liat temen satu SMA juga yang ikut ujian. Diluar hujan, jadinya gue cuma dikelas dengan beberapa anak lain yang ga makan siang. Yap, gue ga makan siang. Tapi setelah istirahat dan lanjut ujian lagi, gue sakit perut. Sumpah, cuma bisa nahan sampe ujian selesai. Sedih ga?

Pulang ujian, dirumah gue sempat cek lagi sama kakak sepupu gue jawaban soal-soal bahasa inggris tadi. Kalau ga salah soal ujian boleh dibawa pulang. Nah, gue merasa kayaknya jawaban bahasa inggris gue hampir bener semua. Mulai sedikit optimis tapi ga terlalu berharap. Ya gitu deh pokoknya.

Selain ujian mandiri UNAND dan UNP gue juga ikut yang namanya ujian mandiri 10 Universitas.  Lupa dulu tuh namanya apa. Pokoknya gue waktu itu milih 5 jurusan. 3 jurusan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan 2 jurusan di Universitas Riau. Di Universitas Riau kebetulan gue juga ambil Jurusan Akuntansi dan lulus di jurusan ini. Pengumuman UNRI ini lebih dulu keluar dari pada UNAND. Tapi gue ga ambil UNRI karena waktu itu akreditasi jurusannya yang masih B. Beberapa hari setelahnya keluar pengumuman UNAND.

Gue lagi duduk depan laptop papa buat ngecek pengumuman...

“PAAA, ICA LULUS PAA!!" Gue langsung tereak dong, bokap lagi makan padahal. Dengan santuy-nya bokap gue bilang "Ah, masa sih? Ga mungkin lah kayaknya. Coba refresh lagi halamannya mana tau salah itu" Bokap ikut-ikutan ga percaya.
"Ih beneran pa ini nama Ica. Tuh, udah di refresh kaaan bener paaa Alhamdulillah" dengan mata berkaca-kaca gue seneng banget asli. "Alhamdulillah kalau emang nama Ica. Hehehe" Bokap ketawa.

Abis itu udah kan, gue biasa aja. Karena dulu itu ga tau kalau Akuntansi UNAND sebagus itu, Akreditasi nya aja A. Terus gue keinget sama temen satu OSN Geosains dulu, lebih tepatnya senior satu tingkat diatas gue yang juga udah di Akuntansi UNAND setahun sebelum gue. Yang gue tau, doi anaknya cerdas banget. Waktu try out OSN aja termasuk 10 besar se-Sumbar. Makanya gue kayak... "eh iya ya? Dia masuk Akuntansi UNAND juga". Asli, berarti orang-orang yang masuk Akuntansi UNAND cerdas-cerdas dong? Well, itu pemikiran gue waktu itu. Ya meski gue engga se-cerdas itu cuy karena masuknya lewat jalur mandiri. Tapi kan tetep pake tes yak, cuma mungkin tingkat kesulitan soalnya ga sesulit soal-soal SNMPTN.

Jadi, setelah membaca pengumuman itu gue berpikir, dan nanya sama bokap "Pa, jadi kalau misalnya Ica masuk jalur mandiri ini, beda ga ya sama SNMPTN? Nanti belajarnya kelasnya beda atau gimana pa?" Gue bingung kan. Terus bokap bilang kalau yang beda itu cuma uang kuliah nya. Kelasnya kemungkinan bisa jadi ada yang beda dan ada juga yang gabung sama jalur reguler, tapi untuk ijazah sama aja ga dibedain. Nah, disinilah pikiran gue baru terbuka dan seseneng itu kalau ternyata yang beda cuma uang kuliah nya doang, lebih mahal. Artinya untuk mata kuliah, program belajarnya ya sama aja dengan yang lain. Bersyukur banget, akhirnya bisa masuk jurusan ini meski pada awalnya gue kesulitan memahami karena ga pernah belajar sama sekali waktu di sekolah.


Setelah diterima sebagai mahasiswa baru di Universitas Andalas dan di jurusan favorit juga, gue bersyukur banget. Masih inget kan cerita gue di awal? Iya, setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Yang awalnya gue ga bisa ikut jalur undangan, gue ikhlas. Gue sabar. Setelah itu gue ikut ujian SNMPTN tertulis ternyata ga lulus juga. Gue ikhlas. Belajar bersabar. Gue cuma inget-inget kata bokap "Sabar aja". Ternyata terbukti. Ini bukan akhir, tapi ini merupakan langkah awal gue untuk menuju langkah-langkah kehidupan selanjutnya. Seandainya gue lulus SNMPTN tertulis waktu itu di UNP, mungkin hari ini gue ga akan duduk santai dan bisa nulis kaya gini, karena disibukkan dengan kegiatan belajar mengajar online seorang guru (soalnya sekarang lagi rame virus covid-19 dan kita harus tetap dirumah), ya ga sih? Bukan berarti jadi guru itu jelek, bukan ya. Bokap gue guru dan gue sangat mendukung dan bangga karena hal itu. Guru juga pekerjaan yang mulia bukan? Tapi yang pengen gue bilang, jalan kita masing-masing itu udah ada. Rezeki sudah ada yang mengatur. Tinggal kita, mau berusaha atau engga? :)