Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang, Sumatera Barat
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia sebagai syarat mengikuti ujian praktik Bahasa Indonesia
Oleh
Hilda Yessica Vetrina
NIS. 7927
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SIJUNJUNG
2011
TANDA PERSETUJUAN MAKALAH
Nama : Hilda Yessica Vetrina
NIS : 7927
Kelas : XII IA 1
Jurusan : Ilmu Pengetahuan Alam
Judul : Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang
Muaro, 25 Januari 2011
Pembimbing
Oryza Sativa, S.Pd
NIP.19620818 198501 2 002
ABSTRAK
Hilda Yessica Vetrina. 2011. Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang. Makalah. Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam SMA Negeri 1 Sijunjung.
Penelitian ini membahas tentang bagaimana cara mengantisipasi bahaya tsunami masyarakat Kota Padang. Dengan mendeskripsikan (1) apa itu tsunami, (2) bagaimana keadaan Kota Padang pasca isu gempa dan tsunami, (3) bagaimana cara antisipasi bahaya tsunami masyarakat Kota Padang.
Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pengertian tsunami, (2) awal mula terjadinya tsunami, (3) penyebab tsunami, dan (4) karakteristik gempa yang berpotensi tsunami.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan. Mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti internet dan buku referensi lainnya.
Hasil penelitian membuktikan bahwa masih banyak warga Kota Padang yang belum bisa mengantisipasi bahaya tsunami dengan baik. Padahal sudah banyak sosialisasi dari pemerintah tentang adanya sistem peringatan dini.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan untuk membuat makalah sederhana ini. Makalah ini dibuat sebagai syarat untuk mengikuti ujian praktik Bahasa Indonesia.
Atas rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan panduan dan bantuan dari guru Bahasa Indonesia. Tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada guru pembimbing, dan orang tua.
Makalah yang disusun ini tak luput dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, sebagai penyusun makalah, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Muaro, 25 Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
TANDA PERSETUJUAN MAKALAH ……………………………………………... 2
ABSTRAK …………………………………………………………………………… 3 KATA PENGANTAR ………………………………………………………………... 4
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. 5
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 6
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 7
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 7
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 7
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kajian Teoritis ………………………………………………………... 8
B. Metodologi Penelitian ………………………………………………… 9
1. Jenis Penelitian …………………………………………………... 9
2. Objek Penelitian …………………………………………………. 9
3. Teknik Penganalisisan Data ……………………………………... 9
C. Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang …………. 10
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 20
B. Saran …………………………………………………………………… 21
LAMPIRAN …………………………………………………………………………... 22
DAFTAR PUSTAKA .………………………………………………………………… 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bencana alam seringkali terjadi tanpa disadari. Sebagian besar diantara kita telah mengetahui atau bahkan mengalami sendiri kejadian bencana yang seringkali terjadi di wilayah Indonesia tercinta. Bencana banjir, gempa bumi, letusan gunung, longsor, angin badai, hingga tsunami. Begitu banyak bencana yang terjadi, menyadarkan kita untuk selalu siap siaga dalam segala kondisi.
Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan hingga kematian. Guna meminimalkan hal tersebut, diperlukan sebuah sistem yang efektif, efisien, terukur, dan tepat sasaran. Sistem tersebut adalah sistem tanggap bencana yang berfungsi sebagai panduan tindakan dalam menghadapi bencana bagi setiap individu, kelompok, maupun bangsa secara keseluruhan.
Di daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi, seperti Padang, provinsi Sumatera Barat tidak akan memberi dampak yang hebat jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilince). Namun sayangnya, ketahanan tersebut tidak dimiliki semua orang. Oleh karena itulah, penulis mengangkat tema Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu tsunami?
2. Bagaimana keadaan Kota Padang pasca isu gempa dan tsunami?
3. Bagaimana cara antisipasi bahaya tsunami masyarakat Kota Padang?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana cara menanggapi adanya isu tsunami
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengantisipasi bahaya tsunami
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam mengantisipasi bahaya tsunami serta bagaimana mananggapi isu tsunami.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut.
2. Awal Mula Terjadinya Tsunami
Di lautan dalam, tsunami yang kuat dapat bergerak 700 km per jam. Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman air. Semakin dalam laut, semakin cepat gelombang tsunami merambat. Namun, meski gerakannya sangat cepat, gelombang itu masih terpisah cukup jauh satu sama lain dan pada tahap ini tidak tampak tinggi. Inilah yang mengakibatkan sulitnya tsunami dideteksi.
3. Penyebab Tsunami
Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan istilah tsunami tidak hanya untuk menunjukkan gelombang besar yang terjadi akibat gempa saja, namun juga disebabkan oleh letusan gunung berapi, serta longsor di dasar laut. Pada intinya, tsunami terjadi karena adanya perubahan mendadak pada dasar laut sehingga terjadi gangguan secara impulsif terhadap air laut.
4. Karakteristik Gempa yang Berpotensi Tsunami
Berdasarkan teori tsunami, tidak semua gempa dapat mengakibatkan gelombang besar yang disebut tsunami. Terdapat beberapa karakteristik gempa yang berpotensi menyebabkan tsunami, di antaranya adalah:
• Gempa terjadi di dasar laut
• Pusat gempa memiliki kedalaman kurang dari enam puluh kilo meter
• Gempa yang terjadi berskala di atas 6,0 SR
B. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan. Dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti internet serta buku referensi.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam makalah ini adalah masyarakat Kota Padang.
3. Teknik Penganalisisan Data
Data yang diperoleh berasal dari teknik pengumpulan data yang diperlukan dari berbagai sumber, seperti internet serta buku referensi. Dari data yang telah terkumpul, kemudian dilanjutkan dengan mengelolah data-data tersebut. Kemudian hasil dari data yang telah diolah dapat ditarik kesimpulan.
C. Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang
1. Pengertian Tsunami Menurut Terminologi
Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 195 tsunami telah terjadi. Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.
Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.
Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamil, ië beuna atau alôn buluëk (menurut dialek) dalam Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai, emong berarti tsunami.
2. Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami :
• Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
• Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
• Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
3. Keadaan Masyarakat Kota Padang Pasca Isu Gempa dan Tsunami
Oktober 2010 yang lalu, diprediksikan gempa akan terjadi di Kota Padang yang berpotensi tsunami. Prediksi gempa tersebut memang ramai diberitakan di media massa. Prediksi tersebut disebut-sebut datang dari Tim 9, yang terdiri dari ahli gempa dan ahli tsunami bentukan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB). Isu tersebut menyebutkan bahwa Tim 9 mengingatkan agar warga Padang, Mentawai, dan pesisir barat Sumatera Barat bersiap menghadapi gempa Megathrust di Pulau Siberut Mentawai, dengan kekuatan yang mencapai 8,9 Skala Richter (SR) dan dapat menimbukan tsunami.
Memang sejak bergulirnya pernyataan akan datang gempa besar, beberapa warga Padang juga sudah cemas terutama yang sudah merasakan dahsyatnya gempa 30 September 2009 lalu. Bahkan, karena terlalu cemasnya, sebagian warga Kota Padang telah menyiapkan tas, pakaian, dan keperluan untuk mengungsi.
Isu tsunami yang menyebabkan resah warga itu memang akan terjadi. Tapi siapapun tidak dapat memprediksikan kapan gempa dan tsunami itu akan terjadi.
4. Cara Antisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang
Di Kota Padang telah direncanakan Pembangunan bukit artifisial untuk kepentingan evakuasi warga saat bencana tsunami yang diprediksi menghantam Kota Padang yang akan dimulai tahun 2011 ini. Sebelumnya studi kelayakan mengenai pembangunan bukit buatan itu telah dimulai sejak Maret 2009 oleh GeoHazards International dalam proyek bernama Project on Vertical Evacuation yang dipimpin oleh Veronica Cedillos. Bukit-bukit buatan yang secara teknis dinamakan Tsunami Evacuation Raised Earth Park (TEREP) itu berupa lokasi berupa tempat umum yang lapang dan mudah dijangkau, untuk kemudian dijadikan bukit artifisial dengan ketinggian antara lima hingga sepuluh meter dengan timbunan material tanah yang digali dari lokasi lain.
Hingga saat ini telah ada sepuluh calon lokasi untuk pembangunan bukit buatan tersebut. Masing-masing berupa lokasi yang berada di sekitar Museum Adityawarman, Lapangan Imam Bonjol, lapangan di sekitar Basko Mal, SMP Negeri 13, wilayah Parupuk di Tabing, Terminal Lubuk Buaya, Kantor Camat Koto Tangah, Lanud Tabing, dan dua lokasi di Universitas Negeri Padang.
Dari sepuluh lokasi itu, akan disaring menjadi tiga lokasi untuk selanjutntya bakal ditentukan yang terbaik. Sejauh ini, lokasi di Universitas Negeri padang merupakan salah satu yang paling memungkinkan.
Sejumlah ahli dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia akan dilibatkan dalam proyek dengan tantangan utama mengatasi kelabilan kondisi struktur tanah menghadapi guncangan gempa dan gempuran tsunami nantinya. Proses mulai awal hingga pembangunan memang disebutkan berlangsung relatif lama karena pihaknya ingin memastikan sebanyak mungkin keterlibatan para ahli dan warga lokal untuk mentransformasi pengetahuan soal pembangunan bukit buatan itu dan membuatnya di lain tempat yang berisiko terpapar gelombang tsunami.
Pembangunan bukit artifisial itu sangat penting mengingat tak kurang setengah dari total 900.000 penduduk Kota Padang berdiam di sekitar kawasan pantai pada lahan dengan ketinggian kurang dari lima meter di atas paras air laut.
a. Sistem Peringatan Dini
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan. Dan sistem peringatan dini ini telah ada di Kota Padang guna mengantisipasi bahaya tsunami yang akan terjadi.
b. Cara Kerja Sistem Peringatan Dini
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
Tips Menghadapi Tsunami :
• Kenalilah dengan baik tempat-tempat yang dapat digunakan untuk menyelamatkan diri dari terjangan gelombang tsunami seperti bukit, bangunan tinggi, menara air, pohon dan bangunan tinggi lainnya.
• Kenalilah dengan baik tanda-tanda akan datangnya tsunami. Yaitu sebagai berikut:
1). Air laut yang surut secara tiba-tiba.
2). Terciumnya bau garam yang menyengat secara tiba-tiba.
3). Munculnya buih-buih air sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.
4). Terdengar suara ledakan keras seperti suara pesawat jet atau pesawat supersonik atau suara ledakan bom runtuh.
5). Terlihat gelombang hitam tebal memanjang di garis cakrawala.
Jika melihat salah satu atau beberapa dari tanda-tanda tersebut, lakukanlah hal berikut:
1. Jika anda sedang berada di atas kapal di tengah laut, segera pacu kapal anda kearah laut yang lebih dalam
2. Jika anda berada di pantai atau di dekat pantai, segera panjat bangunan atau pohon yang tinggi, yang paling dekat dari tempat anda berada. Ingat waktu kita untuk berlari dari kejaran gelombang tsunami itu hanya kurang dari 20 menit.
5. Tsunami Dalam Sejarah
a. 1 November 1755 - Tsunami menghancurkan Lisboa, ibu kota Portugal, dan menelan 60.000 korban jiwa.
b. 1883 - Pada tanggal 26 Agustus, letusan gunung Krakatau dan tsunami menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.
c. 2004 - Pada tanggal 25-26 Desember 2004, gempa besar yang menimbulkan tsunami menelan korban jiwa lebih dari 250.000 di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika. Ketinggian tsunami 35 m,
d. 2006 - 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan kota Ciamis
e. 2007 - 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4 m.
f. 2010 - 27 Februari, Santiago, Chili
g. 2010 - 26 Oktober, Kepulauan Mentawai, Indonesia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Tsunami selalu terjadi tiba-tiba setelah adanya gempa yang berpotensi besar. Pada intinya tsunami terjadi karena adanya perubahan mendadak pada dasar laut sehingga terjadi gangguan secara impulsif terhadap air laut.
Pasca adanya isu gempa dan tsunami, warga Kota Padang panik. Memang sejak bergulirnya pernyataan akan datang gempa besar, beberapa warga Padang juga sudah cemas terutama yang sudah merasakan dahsyatnya gempa 30 September 2009 lalu. Bahkan, karena terlalu cemasnya, sebagian warga Kota Padang telah menyiapkan tas, pakaian, dan keperluan untuk mengungsi.
Maka dari itu, untuk mengantisipasi bahaya gempa dan tsunami dapat dilakukan cara sebagai berikut :
• Kenalilah dengan baik tempat-tempat yang dapat digunakan untuk menyelamatkan diri dari terjangan gelombang tsunami seperti bukit, bangunan tinggi, menara air, pohon dan bangunan tinggi lainnya.
• Kenalilah dengan baik tanda-tanda akan datangnya tsunami.
B. Saran
Masyarakat hendaknya bisa memperhatikan tanda-tanda akan terjadinya tsunami. Mengetahui bagaimana cara mengantisipasi bahaya tsunami tersebut. Sehingga ketika akan terjadinya tsunami, tidak ada kepanikan dan kecemasan yang berlebihan.
LAMPIRAN
Gambar 1. terjadinya tsunami
Gambar 2. tsunami di aceh
Gambar 3. Kerusakan akibat tsunami
DAFTAR PUSTAKA
David. 2007. Ada Apa di Bumi? Tsunami. Jakarta : Erlangga.
Prambodo, S. Arie. 2009. Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta : Kanisius.
Hartono. 2007. Geografi : Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung : PT Setia Purna Inves.
Utoyo, Bambang. 2007. Geografi : Membuka Cakrawala Dunia. Bandung : PT Setia Purna Inves.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami
http://atrockkomunitas.blogspot.com/p/gempa-bumi-dan-tsunami-pangandaran-17.html
file:///F:/Ancaman%20tsunami%20Padang%20masih%20ada.%20%C2%AB%20Dongeng%20Geologi.htm
http://www.google.co.id/
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia sebagai syarat mengikuti ujian praktik Bahasa Indonesia
Oleh
Hilda Yessica Vetrina
NIS. 7927
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SIJUNJUNG
2011
TANDA PERSETUJUAN MAKALAH
Nama : Hilda Yessica Vetrina
NIS : 7927
Kelas : XII IA 1
Jurusan : Ilmu Pengetahuan Alam
Judul : Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang
Muaro, 25 Januari 2011
Pembimbing
Oryza Sativa, S.Pd
NIP.19620818 198501 2 002
ABSTRAK
Hilda Yessica Vetrina. 2011. Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang. Makalah. Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam SMA Negeri 1 Sijunjung.
Penelitian ini membahas tentang bagaimana cara mengantisipasi bahaya tsunami masyarakat Kota Padang. Dengan mendeskripsikan (1) apa itu tsunami, (2) bagaimana keadaan Kota Padang pasca isu gempa dan tsunami, (3) bagaimana cara antisipasi bahaya tsunami masyarakat Kota Padang.
Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pengertian tsunami, (2) awal mula terjadinya tsunami, (3) penyebab tsunami, dan (4) karakteristik gempa yang berpotensi tsunami.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan. Mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti internet dan buku referensi lainnya.
Hasil penelitian membuktikan bahwa masih banyak warga Kota Padang yang belum bisa mengantisipasi bahaya tsunami dengan baik. Padahal sudah banyak sosialisasi dari pemerintah tentang adanya sistem peringatan dini.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan untuk membuat makalah sederhana ini. Makalah ini dibuat sebagai syarat untuk mengikuti ujian praktik Bahasa Indonesia.
Atas rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan panduan dan bantuan dari guru Bahasa Indonesia. Tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada guru pembimbing, dan orang tua.
Makalah yang disusun ini tak luput dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, sebagai penyusun makalah, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Muaro, 25 Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
TANDA PERSETUJUAN MAKALAH ……………………………………………... 2
ABSTRAK …………………………………………………………………………… 3 KATA PENGANTAR ………………………………………………………………... 4
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. 5
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 6
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 7
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 7
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 7
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kajian Teoritis ………………………………………………………... 8
B. Metodologi Penelitian ………………………………………………… 9
1. Jenis Penelitian …………………………………………………... 9
2. Objek Penelitian …………………………………………………. 9
3. Teknik Penganalisisan Data ……………………………………... 9
C. Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang …………. 10
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 20
B. Saran …………………………………………………………………… 21
LAMPIRAN …………………………………………………………………………... 22
DAFTAR PUSTAKA .………………………………………………………………… 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bencana alam seringkali terjadi tanpa disadari. Sebagian besar diantara kita telah mengetahui atau bahkan mengalami sendiri kejadian bencana yang seringkali terjadi di wilayah Indonesia tercinta. Bencana banjir, gempa bumi, letusan gunung, longsor, angin badai, hingga tsunami. Begitu banyak bencana yang terjadi, menyadarkan kita untuk selalu siap siaga dalam segala kondisi.
Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan hingga kematian. Guna meminimalkan hal tersebut, diperlukan sebuah sistem yang efektif, efisien, terukur, dan tepat sasaran. Sistem tersebut adalah sistem tanggap bencana yang berfungsi sebagai panduan tindakan dalam menghadapi bencana bagi setiap individu, kelompok, maupun bangsa secara keseluruhan.
Di daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi, seperti Padang, provinsi Sumatera Barat tidak akan memberi dampak yang hebat jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilince). Namun sayangnya, ketahanan tersebut tidak dimiliki semua orang. Oleh karena itulah, penulis mengangkat tema Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu tsunami?
2. Bagaimana keadaan Kota Padang pasca isu gempa dan tsunami?
3. Bagaimana cara antisipasi bahaya tsunami masyarakat Kota Padang?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana cara menanggapi adanya isu tsunami
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengantisipasi bahaya tsunami
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam mengantisipasi bahaya tsunami serta bagaimana mananggapi isu tsunami.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut.
2. Awal Mula Terjadinya Tsunami
Di lautan dalam, tsunami yang kuat dapat bergerak 700 km per jam. Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman air. Semakin dalam laut, semakin cepat gelombang tsunami merambat. Namun, meski gerakannya sangat cepat, gelombang itu masih terpisah cukup jauh satu sama lain dan pada tahap ini tidak tampak tinggi. Inilah yang mengakibatkan sulitnya tsunami dideteksi.
3. Penyebab Tsunami
Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan istilah tsunami tidak hanya untuk menunjukkan gelombang besar yang terjadi akibat gempa saja, namun juga disebabkan oleh letusan gunung berapi, serta longsor di dasar laut. Pada intinya, tsunami terjadi karena adanya perubahan mendadak pada dasar laut sehingga terjadi gangguan secara impulsif terhadap air laut.
4. Karakteristik Gempa yang Berpotensi Tsunami
Berdasarkan teori tsunami, tidak semua gempa dapat mengakibatkan gelombang besar yang disebut tsunami. Terdapat beberapa karakteristik gempa yang berpotensi menyebabkan tsunami, di antaranya adalah:
• Gempa terjadi di dasar laut
• Pusat gempa memiliki kedalaman kurang dari enam puluh kilo meter
• Gempa yang terjadi berskala di atas 6,0 SR
B. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan. Dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti internet serta buku referensi.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam makalah ini adalah masyarakat Kota Padang.
3. Teknik Penganalisisan Data
Data yang diperoleh berasal dari teknik pengumpulan data yang diperlukan dari berbagai sumber, seperti internet serta buku referensi. Dari data yang telah terkumpul, kemudian dilanjutkan dengan mengelolah data-data tersebut. Kemudian hasil dari data yang telah diolah dapat ditarik kesimpulan.
C. Mengantisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang
1. Pengertian Tsunami Menurut Terminologi
Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 195 tsunami telah terjadi. Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.
Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.
Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamil, ië beuna atau alôn buluëk (menurut dialek) dalam Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai, emong berarti tsunami.
2. Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami :
• Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
• Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
• Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
3. Keadaan Masyarakat Kota Padang Pasca Isu Gempa dan Tsunami
Oktober 2010 yang lalu, diprediksikan gempa akan terjadi di Kota Padang yang berpotensi tsunami. Prediksi gempa tersebut memang ramai diberitakan di media massa. Prediksi tersebut disebut-sebut datang dari Tim 9, yang terdiri dari ahli gempa dan ahli tsunami bentukan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB). Isu tersebut menyebutkan bahwa Tim 9 mengingatkan agar warga Padang, Mentawai, dan pesisir barat Sumatera Barat bersiap menghadapi gempa Megathrust di Pulau Siberut Mentawai, dengan kekuatan yang mencapai 8,9 Skala Richter (SR) dan dapat menimbukan tsunami.
Memang sejak bergulirnya pernyataan akan datang gempa besar, beberapa warga Padang juga sudah cemas terutama yang sudah merasakan dahsyatnya gempa 30 September 2009 lalu. Bahkan, karena terlalu cemasnya, sebagian warga Kota Padang telah menyiapkan tas, pakaian, dan keperluan untuk mengungsi.
Isu tsunami yang menyebabkan resah warga itu memang akan terjadi. Tapi siapapun tidak dapat memprediksikan kapan gempa dan tsunami itu akan terjadi.
4. Cara Antisipasi Bahaya Tsunami Masyarakat Kota Padang
Di Kota Padang telah direncanakan Pembangunan bukit artifisial untuk kepentingan evakuasi warga saat bencana tsunami yang diprediksi menghantam Kota Padang yang akan dimulai tahun 2011 ini. Sebelumnya studi kelayakan mengenai pembangunan bukit buatan itu telah dimulai sejak Maret 2009 oleh GeoHazards International dalam proyek bernama Project on Vertical Evacuation yang dipimpin oleh Veronica Cedillos. Bukit-bukit buatan yang secara teknis dinamakan Tsunami Evacuation Raised Earth Park (TEREP) itu berupa lokasi berupa tempat umum yang lapang dan mudah dijangkau, untuk kemudian dijadikan bukit artifisial dengan ketinggian antara lima hingga sepuluh meter dengan timbunan material tanah yang digali dari lokasi lain.
Hingga saat ini telah ada sepuluh calon lokasi untuk pembangunan bukit buatan tersebut. Masing-masing berupa lokasi yang berada di sekitar Museum Adityawarman, Lapangan Imam Bonjol, lapangan di sekitar Basko Mal, SMP Negeri 13, wilayah Parupuk di Tabing, Terminal Lubuk Buaya, Kantor Camat Koto Tangah, Lanud Tabing, dan dua lokasi di Universitas Negeri Padang.
Dari sepuluh lokasi itu, akan disaring menjadi tiga lokasi untuk selanjutntya bakal ditentukan yang terbaik. Sejauh ini, lokasi di Universitas Negeri padang merupakan salah satu yang paling memungkinkan.
Sejumlah ahli dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia akan dilibatkan dalam proyek dengan tantangan utama mengatasi kelabilan kondisi struktur tanah menghadapi guncangan gempa dan gempuran tsunami nantinya. Proses mulai awal hingga pembangunan memang disebutkan berlangsung relatif lama karena pihaknya ingin memastikan sebanyak mungkin keterlibatan para ahli dan warga lokal untuk mentransformasi pengetahuan soal pembangunan bukit buatan itu dan membuatnya di lain tempat yang berisiko terpapar gelombang tsunami.
Pembangunan bukit artifisial itu sangat penting mengingat tak kurang setengah dari total 900.000 penduduk Kota Padang berdiam di sekitar kawasan pantai pada lahan dengan ketinggian kurang dari lima meter di atas paras air laut.
a. Sistem Peringatan Dini
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan. Dan sistem peringatan dini ini telah ada di Kota Padang guna mengantisipasi bahaya tsunami yang akan terjadi.
b. Cara Kerja Sistem Peringatan Dini
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
Tips Menghadapi Tsunami :
• Kenalilah dengan baik tempat-tempat yang dapat digunakan untuk menyelamatkan diri dari terjangan gelombang tsunami seperti bukit, bangunan tinggi, menara air, pohon dan bangunan tinggi lainnya.
• Kenalilah dengan baik tanda-tanda akan datangnya tsunami. Yaitu sebagai berikut:
1). Air laut yang surut secara tiba-tiba.
2). Terciumnya bau garam yang menyengat secara tiba-tiba.
3). Munculnya buih-buih air sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.
4). Terdengar suara ledakan keras seperti suara pesawat jet atau pesawat supersonik atau suara ledakan bom runtuh.
5). Terlihat gelombang hitam tebal memanjang di garis cakrawala.
Jika melihat salah satu atau beberapa dari tanda-tanda tersebut, lakukanlah hal berikut:
1. Jika anda sedang berada di atas kapal di tengah laut, segera pacu kapal anda kearah laut yang lebih dalam
2. Jika anda berada di pantai atau di dekat pantai, segera panjat bangunan atau pohon yang tinggi, yang paling dekat dari tempat anda berada. Ingat waktu kita untuk berlari dari kejaran gelombang tsunami itu hanya kurang dari 20 menit.
5. Tsunami Dalam Sejarah
a. 1 November 1755 - Tsunami menghancurkan Lisboa, ibu kota Portugal, dan menelan 60.000 korban jiwa.
b. 1883 - Pada tanggal 26 Agustus, letusan gunung Krakatau dan tsunami menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.
c. 2004 - Pada tanggal 25-26 Desember 2004, gempa besar yang menimbulkan tsunami menelan korban jiwa lebih dari 250.000 di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika. Ketinggian tsunami 35 m,
d. 2006 - 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan kota Ciamis
e. 2007 - 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4 m.
f. 2010 - 27 Februari, Santiago, Chili
g. 2010 - 26 Oktober, Kepulauan Mentawai, Indonesia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Tsunami selalu terjadi tiba-tiba setelah adanya gempa yang berpotensi besar. Pada intinya tsunami terjadi karena adanya perubahan mendadak pada dasar laut sehingga terjadi gangguan secara impulsif terhadap air laut.
Pasca adanya isu gempa dan tsunami, warga Kota Padang panik. Memang sejak bergulirnya pernyataan akan datang gempa besar, beberapa warga Padang juga sudah cemas terutama yang sudah merasakan dahsyatnya gempa 30 September 2009 lalu. Bahkan, karena terlalu cemasnya, sebagian warga Kota Padang telah menyiapkan tas, pakaian, dan keperluan untuk mengungsi.
Maka dari itu, untuk mengantisipasi bahaya gempa dan tsunami dapat dilakukan cara sebagai berikut :
• Kenalilah dengan baik tempat-tempat yang dapat digunakan untuk menyelamatkan diri dari terjangan gelombang tsunami seperti bukit, bangunan tinggi, menara air, pohon dan bangunan tinggi lainnya.
• Kenalilah dengan baik tanda-tanda akan datangnya tsunami.
B. Saran
Masyarakat hendaknya bisa memperhatikan tanda-tanda akan terjadinya tsunami. Mengetahui bagaimana cara mengantisipasi bahaya tsunami tersebut. Sehingga ketika akan terjadinya tsunami, tidak ada kepanikan dan kecemasan yang berlebihan.
LAMPIRAN
Gambar 1. terjadinya tsunami
Gambar 2. tsunami di aceh
Gambar 3. Kerusakan akibat tsunami
DAFTAR PUSTAKA
David. 2007. Ada Apa di Bumi? Tsunami. Jakarta : Erlangga.
Prambodo, S. Arie. 2009. Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta : Kanisius.
Hartono. 2007. Geografi : Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung : PT Setia Purna Inves.
Utoyo, Bambang. 2007. Geografi : Membuka Cakrawala Dunia. Bandung : PT Setia Purna Inves.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami
http://atrockkomunitas.blogspot.com/p/gempa-bumi-dan-tsunami-pangandaran-17.html
file:///F:/Ancaman%20tsunami%20Padang%20masih%20ada.%20%C2%AB%20Dongeng%20Geologi.htm
http://www.google.co.id/