Cerita Rekrutmen Karyawan PT. PLN (Persero) Bagian 7 : Tes Wawancara
Cerita Rekrutmen PLN May 01, 2017
AKHIRNYA!
Akhirnya gue bisa lulus sampai ke tahap ini. Alhamdulillah, syukur yang tak hentinya kepada Allah SWT. Tanggal 21 Februari 2017 pengumuman peserta untuk tahap wawancara pun keluar. Alhamdulillah nama gue masih ada di antara 231 total peserta yang lulus. Gue senang sekaligus panik. Senang, karena tahap paling mematikan udah gue lewatin, yaitu tes lab. Jujur, di tes lab ini memang banyaaaak banget peserta yang gagal, dan katanya selalu besar dari 50%. Entah itu karena kolesterolnya, trigliseridanya, EKG nya, dll. Karena memang bisa aja ngerasa sehat tapi kolesterol tinggi, ya kan? Panik, karena gue bakal hadapi yang namanya wawancara (lagi). Sebelumnya gue udah pengalaman wawancara kerja dua kali, yaitu waktu tes BPJSTK dan di Bank Mega. BPJSTK gagal di tahap wawancara, sedangkan Bank Mega gue bisa lulus dari Wawancara User sekalipun.
Sedikit mereview kembali, total peserta yang lulus untuk Jakarta di tahap wawancara ini ada 231 orang dari tes lab sebelumnya ada 565 orang peserta. Bener kan? Lebih (dikit) dari 50%. Sedangkan untuk jurusan Akuntansi yang lulus ada 57 orang dari 147 peserta. MALAH LEBIH WOW LAGI KAN?
Gue udah usaha banget sampai tahap ini. Jadi, gue berniat ga bakalan sia-siain kesempatan yang udah Allah kasih buat gue. Gue coba buat cari-cari informasi di internet mengenai tips wawancara kerja, mempelajari pertanyaan-pertanyaan jebakan pada saat wawancara kerja dan bagaimana cara menjawabnya, baca buku psikotes yang di halaman bagian paling belakangnya juga ada tips untuk menghadapi wawancara kerja, hingga bertanya langsung ke temen angkatan gue waktu kuliah yang udah duluan keterima di PLN. Semuanya. Semua usaha gue lakuin, sampai-sampai gue ngomong sendiri di kamar kosan (entah tetangga kamar masih anggap gue normal atau tidak).
Gue dapet jadwal tes hari rabu, tanggal 1 Maret 2017 pukul 15.00-16.00 WIB. Hari itu gue sengaja ga masuk kantor supaya bisa ada persiapan lebih. Takutnya kalau masuk kantor gue malah terbebani sama pekerjaan di kantor dan ga bisa fokus. Akhirnya gue belajar pertanyaan wawancara termasuk baca-baca web PLN untuk mengantisipasi pertanyaan seputar korporat. Mengingat lagi apa aja tips yang dibilang Bang Ozzy (temen satu angkatan waktu kuliah). Pukul 12 siang gue putusin untuk berhenti mempelajari seputar wawancara kerja dan lebih memilih makan siang, sehingga bisa berangkat lebih awal ke PLN Disjaya.
Siang itu gue naik uber X untuk mencegah makeup luntur, pakaian compang camping ga rapih di depan pewawancara (Kan ga enak kalau ga rapih). Sampai-sampai driver ubernya doain gue supaya sukses dan keterima di PLN serta gue juga meng-aminin doanya berkali-kali. Deg-degan banget sampe Disjaya. Gue nanya satpam di depan, katanya naik ke lantai 9 untuk wawancara, lewat lift di belakang receptionist. Nunggu lift kebuka, masuk lift, nunggu sampai lantai 9. Dan... ting! Pintu lift terbuka, gue lihat ada beberapa anak yang pake baju hitam putih disitu duduk menunggu giliran untuk wawancara. Gue terobos melewati mereka, mencari pihak PLN yang menjadi panitia penyelenggara tes wawancara ini.
"Maaf, Bu. Saya mau tes wawancara".
"Jadwal jam berapa ya?" Beliau menjawab dengan biasa saja (tidak ramah, namun tidak cuek juga)
"Jam 3 sore ini, Bu"
"Kalau begitu silahkan naik ke lantai 10 dulu ya untuk registrasi"
"Oh iya, terimakasih Bu" Sambil berlalu menuju lift dan memencet tombol 10.
Begitu sampai di lantai 10, gue bingung. Kok sepi? Apa belum dateng ya? Apa gue yang kecepetan? Seketika gue bingung. Gue lebih memilih untuk ke toilet dulu sekalian perbaiki sepatu yang mainannya hampir copot. "Sial! Mau tes wawancara gini sepatu malah berulah". Akhirnya gue perbaiki sepatu dengan lem seadanya. Tapi tetep aja masih begitu. Gue pasrah. Ya sudahlah. Ini salah gue juga tadi pas pergi malah pake sepatu bukan hitam.
"Ini orang-orang pada kemana ya? bener kan tadi disuruh ke lantai 10?" Gue membatin sendiri. Karena bener lantai paling tinggi juga lantai 10. Gue beranikan diri untuk explore lantai itu. Belok kiri, belok kiri lagi. Dan... ternyata! Lah? ternyata pada disini?
Jadi, dilantai 10 itu sudah berkumpul beberapa peserta untuk wawancara. Gue geli sendiri mengingat pemikiran awal gue bahwa peserta jam 3 yang datang itu baru gue doang. Ternyata salah. Peserta yang sudah lebih dulu datang disuruh mengisi semacam formulir pertanyaan gitu, dan diberikan lembar pernyataan bersedia ditempatkan diseluruh indonesia. Gue langsung nelen ludah. Udah yakin belom Ca bersedia ditempatkan diseluruh Indonesia? Tapi akhirnya gue langsung isi surat pernyataan itu dan langsung tanda tangan diatas materai. Padahal sebelumnya panitia nya udah bilang kalau nanti surat itu ditanda tangan di dalam. Gue mikir, maksudnya apa ya? Gue tetep tanda tangan. HAHA (Ini kebegoan gue yang pertama).
Setelah mengisi surat pernyataan dan formulir yang diberikan, gue diminta untuk input data di laptop gitu. Gue lihat sekilas nama-nama peserta lain, ada yang berasal dari Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan universitas-universitas lain yang terkenal. Gue langsung jleb. Apalah daya gue yang cuma dari universitas rangking sekian di Indonesia. Gue terus ngetik di laptop, mengisi ukuran baju dan sepatu. "Wah bakalan dapet baju sama sepatu juga ya kalau lulus", batin gue dalem hati. Setelah selesai mengisi, kita diminta untuk turun kembali ke lantai 9. Gue turun. Nunggu sebentar, ga lama kemudian nama gue dipanggil.
Akhirnya sampai juga giliran gue. Gue masuk mencari ruangan yang dituju. Dari luar terlihat dua orang wanita, yang satu masih muda banget dan satu lagi mungkin sudah sekitar 40an. Gue mulai mengetuk pintu seraya bilang "Assalamualaikum permisi, Bu". Dan mereka langsung mempersilahkan masuk. Gue senyum-senyum dan duduk. Sebelumnya mereka meminta izin untuk merekam wawancara tersebut dan gue ngangguk sambil menjawab setuju. Pertanyaan pertama yang gue hadapin adalah "Hilda Yessica Vetrina? Coba ceritakan apa yang kamu lakukan 1 tahun terakhir?". Gue mulai mikir, mau cerita dari mana ya? Gue mutusin untuk mulai ceritain tentang usaha gue semenjak wisuda berkelana mencari kerja, sampai pada akhirnya diterima sebagai Internal Audit Staff di Bank Mega.
Setelah itu gue ditanya mengenai pengalaman bekerja sebagai Audit Internal di Bank, bagaimana jobdesk gue, apa aja yang gue lakukan, bagaimana alur proses melakukan audit (mulai dari Surat Tugas sampai pembuatan Laporan Hasil Audit), pernah ga gue nemuin temuan yang 'major' atau temuan yang besar dan jelaskan gue dapet temuan itu awalnya dari mana, apa penghargaan yang gue terima setelah menemukan hal tersebut, dan gue jawab "hmm hanya ungkapan terimakasih dari atasan saya, Bu." (Ini sangat memalukan). Kemudian muncul pertanyaan lain seperti hobi "Hobi saya traveling, Bu" (ini agar terlihat sinkronisasi antara pekerjaan gue sebagai auditor dengan hobi gue sendiri, selain itu memang hobi asli gue sih. Karena auditor kan nanti sering keluar kota untuk melakukan pemeriksaan), apakah dengan keluar dari Bank Mega gue dikenakan penalti, berapa jumlahnya "Kira-kira berapa persen lagi yang harus kamu bayarkan? Mungkin sudah berkurang, kan dengan kamu sudah bekerja disana sekitar satu tahun dua bulan?", dan ini gue juga asal jawab "hmm sekitar 20%, Bu." Padahal setelah gue hitung-hitung lagi pembayaran penalti itu kira-kira ada 35% dari total awal, jadi gue asal jawab. Lalu ditanya waktu ngaudit ke cabang pernah ga ditawarin berbagai macam hal yang mengganggu independensi gue sebagai auditor, bagaimana cara gue belajar karena auditor memang harus pembelajar, kalau ngaudit di cabang pernah ga ada auditee yang bingung (gue jawab pernah. Waktu melakukan audit APU-PPT ke cabang, gue nanya ke Teller dan CS mengenai Whistleblowing System dan mereka malah ga pernah make aplikasi tersebut. Sehingga akhirnya gue bantu menjelaskan ke mereka sistem macam apa itu), terus ditanya siapa Direktur HRD di Bank Mega? Ini gue jawab nama Direktur yang gue inget sambil mikir sebentar "Ibu Tati Hartawan, Bu", padahal beliau bukan Direktur HRD yang baru melainkan direktur lama. Sedangkan nama direktur baru gue lupa.
Akhirnya gue ditanya mengenai Surat Pernyataan yang diisi sebelum sesi wawancara tadi.
"Loh? Sudah ditandatangani ya Surat Pernyataannya?" Salah satu pewawancara bertanya.
"Iya, Bu" Gue sendiri bingung.
"Seharusnya kamu tanda tangannya didepan kita. Berarti kamu sudah mengerti ya tentang isinya?"
"Sudah, Bu" sambil pasang muka senyum.
"Yakin ya? itu masalah uang pensiun nanti jangan nuntut PLN ya?"
"Siap, Bu. Saya sudah mengerti" Padahal sendirinya gatau maksudnya uang pensiun itu gimana, biar cepat keluar ruangan aja sih.
"Jadi, kamu sudah bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia ya?"
"Saya sudah tanda tangan Surat Pernyataannya, Bu. Berarti saya memang sudah siap."
"Kamu mau ditempatkan dimana kalau untuk wilayah Timur?"
"Harus timur nih, Bu?" Gue langsung mikir. Sebenernya udah persiapin jawaban sih kalau ditanya begini.
"Mataram, Bu." Dengan yakin gue jawab begini.
"Satu lagi? Sulawesi? Maluku? Papua?"
Waduh, cemana lah ini? Gue mikir agak lama. "Bali ga boleh, Bu?"
"Itu mah maunya kamu jalan-jalan" Pewawancaranya nyeletuk dan kita tertawa.
Pada akhrinya gue mutusin "Hmm... Makassar aja deh, Bu." Mampos lu, Cak! Ngomong apa tadi? Makassar? HAHA, pulang-pulang kepikiran sendiri lu! Gue membatin sendiri.
Sekilas salah satu pewawancara mencoret-coret kertas penilaian, mungkin menuliskan kota yang gue pilih.
Setelah itu gue diberikan kesempatan bertanya dan gue pura-pura tertarik bertanya mengenai peringkat PLN di posisi 477 dari 500 perusahaan di dunia. Tapi dari jawaban pewawancaranya gue yakin dia juga gatau jawabannya "Itu kan urusan penilai disana, kita mah terima-terima aja". Seolah-olah jawaban dia buat gue kurang cerdas. Kemudian beliau menginformasikan mengenai jadwal pengumuman yang lulus wawancara kemungkinan nanti bulan maret. Bisa jadi pertengahan atau awal maret. Sedangkan untuk Diklat Prajabatan akan dimulai pada awal april katanya. Setelah selesai bicara, beliau mengakhiri sesi wawancara dan mematikan perekam. Gue pamit untuk keluar, menjabat tangan masing-masing pewawancara. FIUH! Akhirnya kelaaaarrr. Eh, tapi tadi gue kayanya agak banyak bohong deh. Aduh gimana ya?
Dijalan pulang gue masih kepikiran sampai nelpon kedua orang tua untuk menceritakan apa saja pertanyaan wawancara dan gimana gue menjawab pertanyaan tersebut. Sambil sedikit menyesal kenapa gue kurang mikir sebelum menjawab pertanyaan mereka. Tapi akhirnya gue pasrah aja. Yang penting udah usaha, tinggal berdoa.
Berikut tips wawancara :
Oke, sekian dulu untuk tahap wawancara. Selanjutnya bagaimana? We'll see!
Akhirnya gue bisa lulus sampai ke tahap ini. Alhamdulillah, syukur yang tak hentinya kepada Allah SWT. Tanggal 21 Februari 2017 pengumuman peserta untuk tahap wawancara pun keluar. Alhamdulillah nama gue masih ada di antara 231 total peserta yang lulus. Gue senang sekaligus panik. Senang, karena tahap paling mematikan udah gue lewatin, yaitu tes lab. Jujur, di tes lab ini memang banyaaaak banget peserta yang gagal, dan katanya selalu besar dari 50%. Entah itu karena kolesterolnya, trigliseridanya, EKG nya, dll. Karena memang bisa aja ngerasa sehat tapi kolesterol tinggi, ya kan? Panik, karena gue bakal hadapi yang namanya wawancara (lagi). Sebelumnya gue udah pengalaman wawancara kerja dua kali, yaitu waktu tes BPJSTK dan di Bank Mega. BPJSTK gagal di tahap wawancara, sedangkan Bank Mega gue bisa lulus dari Wawancara User sekalipun.
Sedikit mereview kembali, total peserta yang lulus untuk Jakarta di tahap wawancara ini ada 231 orang dari tes lab sebelumnya ada 565 orang peserta. Bener kan? Lebih (dikit) dari 50%. Sedangkan untuk jurusan Akuntansi yang lulus ada 57 orang dari 147 peserta. MALAH LEBIH WOW LAGI KAN?
Gue udah usaha banget sampai tahap ini. Jadi, gue berniat ga bakalan sia-siain kesempatan yang udah Allah kasih buat gue. Gue coba buat cari-cari informasi di internet mengenai tips wawancara kerja, mempelajari pertanyaan-pertanyaan jebakan pada saat wawancara kerja dan bagaimana cara menjawabnya, baca buku psikotes yang di halaman bagian paling belakangnya juga ada tips untuk menghadapi wawancara kerja, hingga bertanya langsung ke temen angkatan gue waktu kuliah yang udah duluan keterima di PLN. Semuanya. Semua usaha gue lakuin, sampai-sampai gue ngomong sendiri di kamar kosan (entah tetangga kamar masih anggap gue normal atau tidak).
Gue dapet jadwal tes hari rabu, tanggal 1 Maret 2017 pukul 15.00-16.00 WIB. Hari itu gue sengaja ga masuk kantor supaya bisa ada persiapan lebih. Takutnya kalau masuk kantor gue malah terbebani sama pekerjaan di kantor dan ga bisa fokus. Akhirnya gue belajar pertanyaan wawancara termasuk baca-baca web PLN untuk mengantisipasi pertanyaan seputar korporat. Mengingat lagi apa aja tips yang dibilang Bang Ozzy (temen satu angkatan waktu kuliah). Pukul 12 siang gue putusin untuk berhenti mempelajari seputar wawancara kerja dan lebih memilih makan siang, sehingga bisa berangkat lebih awal ke PLN Disjaya.
Siang itu gue naik uber X untuk mencegah makeup luntur, pakaian compang camping ga rapih di depan pewawancara (Kan ga enak kalau ga rapih). Sampai-sampai driver ubernya doain gue supaya sukses dan keterima di PLN serta gue juga meng-aminin doanya berkali-kali. Deg-degan banget sampe Disjaya. Gue nanya satpam di depan, katanya naik ke lantai 9 untuk wawancara, lewat lift di belakang receptionist. Nunggu lift kebuka, masuk lift, nunggu sampai lantai 9. Dan... ting! Pintu lift terbuka, gue lihat ada beberapa anak yang pake baju hitam putih disitu duduk menunggu giliran untuk wawancara. Gue terobos melewati mereka, mencari pihak PLN yang menjadi panitia penyelenggara tes wawancara ini.
"Maaf, Bu. Saya mau tes wawancara".
"Jadwal jam berapa ya?" Beliau menjawab dengan biasa saja (tidak ramah, namun tidak cuek juga)
"Jam 3 sore ini, Bu"
"Kalau begitu silahkan naik ke lantai 10 dulu ya untuk registrasi"
"Oh iya, terimakasih Bu" Sambil berlalu menuju lift dan memencet tombol 10.
Begitu sampai di lantai 10, gue bingung. Kok sepi? Apa belum dateng ya? Apa gue yang kecepetan? Seketika gue bingung. Gue lebih memilih untuk ke toilet dulu sekalian perbaiki sepatu yang mainannya hampir copot. "Sial! Mau tes wawancara gini sepatu malah berulah". Akhirnya gue perbaiki sepatu dengan lem seadanya. Tapi tetep aja masih begitu. Gue pasrah. Ya sudahlah. Ini salah gue juga tadi pas pergi malah pake sepatu bukan hitam.
"Ini orang-orang pada kemana ya? bener kan tadi disuruh ke lantai 10?" Gue membatin sendiri. Karena bener lantai paling tinggi juga lantai 10. Gue beranikan diri untuk explore lantai itu. Belok kiri, belok kiri lagi. Dan... ternyata! Lah? ternyata pada disini?
Jadi, dilantai 10 itu sudah berkumpul beberapa peserta untuk wawancara. Gue geli sendiri mengingat pemikiran awal gue bahwa peserta jam 3 yang datang itu baru gue doang. Ternyata salah. Peserta yang sudah lebih dulu datang disuruh mengisi semacam formulir pertanyaan gitu, dan diberikan lembar pernyataan bersedia ditempatkan diseluruh indonesia. Gue langsung nelen ludah. Udah yakin belom Ca bersedia ditempatkan diseluruh Indonesia? Tapi akhirnya gue langsung isi surat pernyataan itu dan langsung tanda tangan diatas materai. Padahal sebelumnya panitia nya udah bilang kalau nanti surat itu ditanda tangan di dalam. Gue mikir, maksudnya apa ya? Gue tetep tanda tangan. HAHA (Ini kebegoan gue yang pertama).
Setelah mengisi surat pernyataan dan formulir yang diberikan, gue diminta untuk input data di laptop gitu. Gue lihat sekilas nama-nama peserta lain, ada yang berasal dari Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan universitas-universitas lain yang terkenal. Gue langsung jleb. Apalah daya gue yang cuma dari universitas rangking sekian di Indonesia. Gue terus ngetik di laptop, mengisi ukuran baju dan sepatu. "Wah bakalan dapet baju sama sepatu juga ya kalau lulus", batin gue dalem hati. Setelah selesai mengisi, kita diminta untuk turun kembali ke lantai 9. Gue turun. Nunggu sebentar, ga lama kemudian nama gue dipanggil.
Akhirnya sampai juga giliran gue. Gue masuk mencari ruangan yang dituju. Dari luar terlihat dua orang wanita, yang satu masih muda banget dan satu lagi mungkin sudah sekitar 40an. Gue mulai mengetuk pintu seraya bilang "Assalamualaikum permisi, Bu". Dan mereka langsung mempersilahkan masuk. Gue senyum-senyum dan duduk. Sebelumnya mereka meminta izin untuk merekam wawancara tersebut dan gue ngangguk sambil menjawab setuju. Pertanyaan pertama yang gue hadapin adalah "Hilda Yessica Vetrina? Coba ceritakan apa yang kamu lakukan 1 tahun terakhir?". Gue mulai mikir, mau cerita dari mana ya? Gue mutusin untuk mulai ceritain tentang usaha gue semenjak wisuda berkelana mencari kerja, sampai pada akhirnya diterima sebagai Internal Audit Staff di Bank Mega.
Setelah itu gue ditanya mengenai pengalaman bekerja sebagai Audit Internal di Bank, bagaimana jobdesk gue, apa aja yang gue lakukan, bagaimana alur proses melakukan audit (mulai dari Surat Tugas sampai pembuatan Laporan Hasil Audit), pernah ga gue nemuin temuan yang 'major' atau temuan yang besar dan jelaskan gue dapet temuan itu awalnya dari mana, apa penghargaan yang gue terima setelah menemukan hal tersebut, dan gue jawab "hmm hanya ungkapan terimakasih dari atasan saya, Bu." (Ini sangat memalukan). Kemudian muncul pertanyaan lain seperti hobi "Hobi saya traveling, Bu" (ini agar terlihat sinkronisasi antara pekerjaan gue sebagai auditor dengan hobi gue sendiri, selain itu memang hobi asli gue sih. Karena auditor kan nanti sering keluar kota untuk melakukan pemeriksaan), apakah dengan keluar dari Bank Mega gue dikenakan penalti, berapa jumlahnya "Kira-kira berapa persen lagi yang harus kamu bayarkan? Mungkin sudah berkurang, kan dengan kamu sudah bekerja disana sekitar satu tahun dua bulan?", dan ini gue juga asal jawab "hmm sekitar 20%, Bu." Padahal setelah gue hitung-hitung lagi pembayaran penalti itu kira-kira ada 35% dari total awal, jadi gue asal jawab. Lalu ditanya waktu ngaudit ke cabang pernah ga ditawarin berbagai macam hal yang mengganggu independensi gue sebagai auditor, bagaimana cara gue belajar karena auditor memang harus pembelajar, kalau ngaudit di cabang pernah ga ada auditee yang bingung (gue jawab pernah. Waktu melakukan audit APU-PPT ke cabang, gue nanya ke Teller dan CS mengenai Whistleblowing System dan mereka malah ga pernah make aplikasi tersebut. Sehingga akhirnya gue bantu menjelaskan ke mereka sistem macam apa itu), terus ditanya siapa Direktur HRD di Bank Mega? Ini gue jawab nama Direktur yang gue inget sambil mikir sebentar "Ibu Tati Hartawan, Bu", padahal beliau bukan Direktur HRD yang baru melainkan direktur lama. Sedangkan nama direktur baru gue lupa.
Akhirnya gue ditanya mengenai Surat Pernyataan yang diisi sebelum sesi wawancara tadi.
"Loh? Sudah ditandatangani ya Surat Pernyataannya?" Salah satu pewawancara bertanya.
"Iya, Bu" Gue sendiri bingung.
"Seharusnya kamu tanda tangannya didepan kita. Berarti kamu sudah mengerti ya tentang isinya?"
"Sudah, Bu" sambil pasang muka senyum.
"Yakin ya? itu masalah uang pensiun nanti jangan nuntut PLN ya?"
"Siap, Bu. Saya sudah mengerti" Padahal sendirinya gatau maksudnya uang pensiun itu gimana, biar cepat keluar ruangan aja sih.
"Jadi, kamu sudah bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia ya?"
"Saya sudah tanda tangan Surat Pernyataannya, Bu. Berarti saya memang sudah siap."
"Kamu mau ditempatkan dimana kalau untuk wilayah Timur?"
"Harus timur nih, Bu?" Gue langsung mikir. Sebenernya udah persiapin jawaban sih kalau ditanya begini.
"Mataram, Bu." Dengan yakin gue jawab begini.
"Satu lagi? Sulawesi? Maluku? Papua?"
Waduh, cemana lah ini? Gue mikir agak lama. "Bali ga boleh, Bu?"
"Itu mah maunya kamu jalan-jalan" Pewawancaranya nyeletuk dan kita tertawa.
Pada akhrinya gue mutusin "Hmm... Makassar aja deh, Bu." Mampos lu, Cak! Ngomong apa tadi? Makassar? HAHA, pulang-pulang kepikiran sendiri lu! Gue membatin sendiri.
Sekilas salah satu pewawancara mencoret-coret kertas penilaian, mungkin menuliskan kota yang gue pilih.
Setelah itu gue diberikan kesempatan bertanya dan gue pura-pura tertarik bertanya mengenai peringkat PLN di posisi 477 dari 500 perusahaan di dunia. Tapi dari jawaban pewawancaranya gue yakin dia juga gatau jawabannya "Itu kan urusan penilai disana, kita mah terima-terima aja". Seolah-olah jawaban dia buat gue kurang cerdas. Kemudian beliau menginformasikan mengenai jadwal pengumuman yang lulus wawancara kemungkinan nanti bulan maret. Bisa jadi pertengahan atau awal maret. Sedangkan untuk Diklat Prajabatan akan dimulai pada awal april katanya. Setelah selesai bicara, beliau mengakhiri sesi wawancara dan mematikan perekam. Gue pamit untuk keluar, menjabat tangan masing-masing pewawancara. FIUH! Akhirnya kelaaaarrr. Eh, tapi tadi gue kayanya agak banyak bohong deh. Aduh gimana ya?
Dijalan pulang gue masih kepikiran sampai nelpon kedua orang tua untuk menceritakan apa saja pertanyaan wawancara dan gimana gue menjawab pertanyaan tersebut. Sambil sedikit menyesal kenapa gue kurang mikir sebelum menjawab pertanyaan mereka. Tapi akhirnya gue pasrah aja. Yang penting udah usaha, tinggal berdoa.
Berikut tips wawancara :
- Datanglah satu jam atau setengah jam sebelum wawancara dimulai. Karena hal ini dapat membantu membuat lo lebih rileks.
- Ucapkan salam sebelum masuk ruangan atau permisi terlebih dahulu, kemudian jabat tangan pewawancara sebagai perkenalan diri dan sopan santun.
- Jangan gugup, duduk yang tegak, santai, atur nafas dan irama jantung supaya lebih rileks.
- Jika ditanya tentang apa yang lo lakukan selama ini, atau ceritakan tentang diri lo, ceritakan semua hal positif yang pernah lo lakuin. Jangan menceritakan kegagalan. Boleh sih kalau mau cerita kegagalan, tapi harus sebisa mungkin lo ceritain gimana cara lo bangkit, mencapai tujuan awal. Itu malah menjadi nilai plus tersendiri.
- Berpedoman ke nilai-nilai PLN, yaitu Saling Percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar. Karena ini berdasarkan informasi dari temen gue angkatan sebelumnya juga, tunjukkan kalau kita punya nilai-nilai PLN tersebut. Nah, dimana aja sih nilai-nilai itu keliatan pas gue wawancara? Saling percaya : Gue jelasin kalau gue ngaudit bekerja sama dalam tim, saling percaya itu terlihat dengan adanya pembagian tugas masing-masing anggota tim, sehingga kita punya tanggung jawab masing-masing juga. Integritas : Hal yang mengganggu independensi waktu ke cabang apa? Gue jawab, dulu pernah ditawarin untuk pergi makan sama orang cabang, tapi gue dan teman-teman se tim ga mau. Karena itu gratifikasi. haha. Peduli : Ini terlihat dari gue bantu menjelaskan ke Teller dan CS di cabang mengenai whistleblowing system. Pembelajar : Gimana cara gue belajar ngaudit di kantor, gue jawab dengan bertanya kepada yang lebih senior serta membaca pedoman-pedoman atau SOP yang ada. Kalau nilai-nilai ini sudah lengkap dan lo bisa ngasih contoh real, insyaAllah lulus deh.
- Jangan pernah bohong, karena hasil wawancara kita akan di combine dengan hasil psikotes sebelumnya. Jadi kalau bohong pasti akan ketahuan. Kecuali kalau lo jawab nama Direktur HRD di perusahaan lo yang ternyata adalah Direktur yang lama. Ga kelihatan bohong kan? HAHA.
- Kalau ditanya mengenai penempatan diseluruh Indonesia, yakin aja jawabnya. Jangan ragu-ragu. Jika ragu, hal itu dapat mengindikasikan kalau lo ga siap dengan segala konsekuensi. Meski pulang wawancara pasti kepikiran juga sih.
- Diakhir sesi akan diberikan kesempatan bertanya, mungkin lo bisa menanyakan jadwal Diklat Prajabatan, atau bagaimana saja tahap-tahap yang akan dilalui waktu Diklat Prajabatan, serta tanyakan seputar PLN, bisa jadi prestasi PLN, dan sebagainya. Asal jangan yang jelek-jelek aja. :)
Oke, sekian dulu untuk tahap wawancara. Selanjutnya bagaimana? We'll see!